Wisata alam seperti snorkeling, jet skiing, menyelam, parasailing, memancing, dan lain sebagainya merupakan kegiatan yang banyak diminati, baik dengan tujuan hobi, olahraga ataupun rekreasi. Meskipun tampak tak beresiko terhadap ekosistem sekitar, namun interaksi yang dilakukan penggemar kegiatan ini berpeluang menyebabkan kerusakan.
Para penyelam yang terlalu dekat dengan terumbu karang bisa saja menyebabkan patahnya karang tertentu, dan penggemar jet skiing dengan kecepatan tinggi bisa menyebabkan stres pada spesies tertentu atau bahkan menganggu pihak lain yang beraktivitas di sekitarnya.
Masalah lainnya seperti maraknya kegiatan memancing sebagai hobi telah membuat populasi beberapa jenis ikan dan spesies lainnya di beberapa daerah pemancingan di dunia seperti Kepulauan Hawaii dan Karibia menurun drastis. Ini disebabkan karena para pemancing hobi memiliki target spesifik mengenai jenis ikan yang ditangkap dan berkompetisi untuk mendapatkan ikan terbesar dalam setiap pemancingan. Ikan-ikan yang dipertandingkan sering kali ikan yang memiliki fungsi penting dalam ekosistem seperti; kakap, kerapu, serta ikan kakatua. Padahal menurunnya populasi ikan-ikan ini bisa menimbulkan dampak yang merugikan bagi ekosistem terumbu karang secara keseluruhan.
Beberapa permasalahan yang sering dijumpai saat berwisata alam antara lain seperti banyaknya jumlah orang yang turun ke dalam air laut maupun sungai dapat meningkatan kekeruhan air dan gangguan terhadap habitat di dasar air tersebut, Penyelam dan snorkeler yang tidak berpengalaman dan kurang bertanggung jawab dapat menghancurkan karang ataupun organisme di sekitarnya. Selain itu substrat yang teraduk dan terangkat memperkeruh kolom air dan bisa menutupi dan mematikan koloni karang dan pada akhirnya mempengaruhi ekosistem terumbu secara keseluruhan.
Tak hanya itu, gangguan yang berlebihan membuat satwa laut meninggalkan daerah mencari makan dan berkembang biak mereka. Satwa-satwa memiliki peran penting untuk kelestarian keseluruhan ekosistem. Menghilangnya satwa-satwa tersebut dapat mengubah pola rantai makan antar satwa di ekosistem laut serta dapat berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan secara luas.
Karang akan semakin rentan terhadap penyakit, virus, dan organisme kompetitior lainnya bila terjadi kontak baik langsung maupun tidak langsung secara terus-menerus dengan penyelam maupun snorkeler, karang akan mengalami stres dan mengeluarkan lendir (mucus) secara berlebihan. Dampak lanjutannya adalah karang akan mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat dan kematian.
Selain itu, Eksploitasi yang berlebihan pada beberapa jenis ikan tertentu dapat mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan sehingga dapat menurunkan tingkat keanekaragaman hayati, hilangnya spesies ikan tertentu yang menjadi target pemancing pada suatu daerah dapat menurunkan daya tarik wisata daerah itu baik bagi pemancing maupun wisatawan lainnya.
Manfaat Wisata yang Bertanggung Jawab
Para penikmat wisata bahari berada dalam posisi yang strategis untuk menjadi duta pelestarian laut. Para penyelam dan pemancing misalnya, adalah pihak yang sudah melihat bagaimana menakjubkan dan menyenangkannya kehidupan dan berwisata di laut.
Di tengah berbagai tekanan yang dihadapi oleh ekosistem laut sekarang ini, para penikmat wisata alam bisa berperan aktif untuk ikut berkontribusi menjaga kelestarian ekosistem laut dan tentunya agar bisa terus menikmati aktivitas wisata bahari yang mereka minati.
Mengadopsi praktik wisata yang bertanggung jawab merupakan salah satu langkah untuk melindungi lanskap, habitat, dan spesies di wilayah kepariwisataan dari kerusakan. Praktik ini bisa dilakukan oleh siapapun, wisatawan maupun pengelola kepariwisataan, dan pada akhirnya mendorong keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam, bisnis serta meningkatkan reputasi positif operator wisata.
Secara umum, kepariwisataan yang bertanggung jawab bertujuan untuk melestarikan sumber daya dan lokasi, melindungi nilai-nilai dan budaya masyarakat serta memperkuat pengelolaan bisnis berkelanjutan.
Contoh Penerapan
Bagi wisatawan yang akan melakukan penyelaman dan Snorkeling pilihlah operator wisata yang menerapkan prinsip-prinsip kelestarian. ini bisa anda ketahui dari media promosi mereka, dan fasilitas yang mereka tawarkan seperti: melakukan pengenalan mengenai lingkungan dan ekosistem yang akan dikunjungi; menekankan dan melaksanakan pelatihan kontrol daya apung (buoyancy), serta menerapkan larangan untuk menyentuh dan / atau menginjak satwa atau karang; menggunakan penambat kapal secara bertanggung jawab; pastikan bahwa operator wisata anda memiliki peralatan yang memadai untuk kegiatan penyelaman dan snorkeling, dan lain sebagainya.
Saat penyelam atau snorkeler berada di dalam air hendaknya pilih titik masuk (entry) dan keluar (exit) dari air secara cermat untuk menghindari daerah karang dan keselamatan penyelaman, jaga posisi Anda tetap sejajar (horizontal) dengan air ketika berada didekat atau diatas karang. Idealnya Anda berada minimal 50 cm dari dasar substrat, tidak menyentuh karang dan satwa laut karena selain bisa membuat Anda terluka. Karang dan sebagian besar satwa laut merupakan hewan yang sangat rentan terhadap sentuhan, jaga kayuhan fins dan gerakan badan Anda untuk menghindari kontak yang tidak disengaja dengan karang dan menaikan substrat dasar ke kolom air serta tidak berdiri dan / atau beristirahat pada dasar laut atau pada karang.
Jangan mendekati atau mengganggu satwa yang akan naik ke permukaan air, terutama untuk satwa yang akan mengambil nafas (penyu, ular, dan mamalia laut). Jangan mengejar, mengganggu atau menunggangi satwa. Tidak membuang sampah di lokasi wisata, yang terakhir jangan mengambil apapun dari alam atau membeli satwa dan produk turunannya untuk dikoleksi sebagai cinderamata.
(WWF-Indonesia/Yul)
tweet